• Silver Lining (tulisan 06:28 am)




    Beberapa kawan saya berkata, saya terlalu banyak berubah akhir-akhir ini. Mereka bilang saya jauh lebih wise, tenang, dan lebih bahagia. Bahkan setelah patah hati dan rencana menikah yang dibatalkan. well, mungkin mereka benar. Tapi mereka hanya tidak tau apa yang telah saya alami hingga mencapai tahap ini. Bisa jadi ini hanya bagian dari teori Six Degrees of Separation dalam lagu milik The Script yang harus dilalui. dan untuk saat ini saya baru saja tiba ditahap ke 4. Mungkin saja pada tahap 5 dan ke 6 saya akan kembali galau? Tidak ada yang tau.

    September 2016 adalah momen penyadaran saya kedua kalinya dalam hidup saya setelah September 2013. momen kali ini bagi saya adalah saat dimana saya merasa bahwa hubungan saya dan pasangan memang sudah harus dilepaskan. Banyak sekali yang menyayangkan karena selangkah lagi kami akan sampai dipelaminan. Tapi sulit sekali jika disuruh menjelaskan, pada saat ini mungkin ini yang terbaik yang Tuhan kasih. sekeras-kerasnya saya menolak perpisahan, jika ucapan "selamat tinggal" sudah terlontar, maka pada titik itu semua perjuangan seketika terhenti. dan dimomen ini sekali lagi saya belajar untuk berpisah dan melepaskan. Memaafkan dan memaklumi semua yang terjadi, menjadi satu-satunya hal yang paling bijak saat ini. Inilah keadaan apa adanya. Perkembangan hubungan yang akhirnya membawa kami ke titik perpisahan. Berbagai cara mulai saya jalani untuk sampai pada proses penerimaan ini. Mulai dari berenang (setidaknya waktu kecil itu cara paling efektif mengalihkan perhatian jika lagi sedih), sholat malam, mengaji, meditasi, motret, menyibukan diri dengan pekerjaan, hingga mengganggu satu persatu satu kawan-kawan saya. (Thank God I have alot good friends yang setia memberikan saran dan dan tidak pernah membiarkan satu malam pun tanpa video call-an dengan obrolan yang acap kali absurd 😆).  Saya bersyukur Tuhan menghadirkan mereka dalam hidup saya.

    Well, berbicara soal jiwa yang tenang, saya pikir ini juga termasuk tahap dalam hidup saya yang memang harus sudah terjadi. 24 tahun usia saya saat ini, sudah seharusnya menjadi pribadi yang lebih kalem dan bijak.  mungkin benar semuanya berawal dengan  dengan proses patah hati  yang teramat dalam, dan I feel I just can't handle that . I almost kill myself by drowning in swiming pool. Oke itu bohong. Sebenarnya saya tenggelam bukan mau bunuh diri, tapi saya mengalami kram karena tidak pemanasan sebelum berenang😅.

    Perpisahan bukanlah hal mudah untuk diterima, dalam prosesnya pun kita akan berontak, protes, menyalahkan ini-itu, dan seterusnya. Sebuah penyebab mengapa kondisi ini terjadi, seringkali tidak dapat kita mengerti. sama halnya saya tidak mengerti mengapa dulu bisa bertemu dengan Mas Wahyu, jatuh cinta, memutuskan menikah hingga sampai pada momen ini. Takdir/destiny adalah jawaban klise bagi manusia untuk menjelasakan apa yang tidak bisa dijelasakan. Well, apapun itu saya hanya bisa mengikuti alurnya. Terus berproses dalam kehidupan, memaafkan, dan menerima dengan lapang dada, kita baru menyadari ada hikmah ditiap tahapannya. Every cloud has a silver lining, mungkin itu idiom yang cocok menggambarkan keadaan saat ini. saya yakin setelah semua ini, ada hikmah yang manis yang menanti.


    P.S. toh, jodoh ga lari kemana





    Salam

    Adello


  • You might also like

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

Like and share

Instagram

Facebook

Search This Blog

Silver Lining (tulisan 06:28 am)




Beberapa kawan saya berkata, saya terlalu banyak berubah akhir-akhir ini. Mereka bilang saya jauh lebih wise, tenang, dan lebih bahagia. Bahkan setelah patah hati dan rencana menikah yang dibatalkan. well, mungkin mereka benar. Tapi mereka hanya tidak tau apa yang telah saya alami hingga mencapai tahap ini. Bisa jadi ini hanya bagian dari teori Six Degrees of Separation dalam lagu milik The Script yang harus dilalui. dan untuk saat ini saya baru saja tiba ditahap ke 4. Mungkin saja pada tahap 5 dan ke 6 saya akan kembali galau? Tidak ada yang tau.

September 2016 adalah momen penyadaran saya kedua kalinya dalam hidup saya setelah September 2013. momen kali ini bagi saya adalah saat dimana saya merasa bahwa hubungan saya dan pasangan memang sudah harus dilepaskan. Banyak sekali yang menyayangkan karena selangkah lagi kami akan sampai dipelaminan. Tapi sulit sekali jika disuruh menjelaskan, pada saat ini mungkin ini yang terbaik yang Tuhan kasih. sekeras-kerasnya saya menolak perpisahan, jika ucapan "selamat tinggal" sudah terlontar, maka pada titik itu semua perjuangan seketika terhenti. dan dimomen ini sekali lagi saya belajar untuk berpisah dan melepaskan. Memaafkan dan memaklumi semua yang terjadi, menjadi satu-satunya hal yang paling bijak saat ini. Inilah keadaan apa adanya. Perkembangan hubungan yang akhirnya membawa kami ke titik perpisahan. Berbagai cara mulai saya jalani untuk sampai pada proses penerimaan ini. Mulai dari berenang (setidaknya waktu kecil itu cara paling efektif mengalihkan perhatian jika lagi sedih), sholat malam, mengaji, meditasi, motret, menyibukan diri dengan pekerjaan, hingga mengganggu satu persatu satu kawan-kawan saya. (Thank God I have alot good friends yang setia memberikan saran dan dan tidak pernah membiarkan satu malam pun tanpa video call-an dengan obrolan yang acap kali absurd 😆).  Saya bersyukur Tuhan menghadirkan mereka dalam hidup saya.

Well, berbicara soal jiwa yang tenang, saya pikir ini juga termasuk tahap dalam hidup saya yang memang harus sudah terjadi. 24 tahun usia saya saat ini, sudah seharusnya menjadi pribadi yang lebih kalem dan bijak.  mungkin benar semuanya berawal dengan  dengan proses patah hati  yang teramat dalam, dan I feel I just can't handle that . I almost kill myself by drowning in swiming pool. Oke itu bohong. Sebenarnya saya tenggelam bukan mau bunuh diri, tapi saya mengalami kram karena tidak pemanasan sebelum berenang😅.

Perpisahan bukanlah hal mudah untuk diterima, dalam prosesnya pun kita akan berontak, protes, menyalahkan ini-itu, dan seterusnya. Sebuah penyebab mengapa kondisi ini terjadi, seringkali tidak dapat kita mengerti. sama halnya saya tidak mengerti mengapa dulu bisa bertemu dengan Mas Wahyu, jatuh cinta, memutuskan menikah hingga sampai pada momen ini. Takdir/destiny adalah jawaban klise bagi manusia untuk menjelasakan apa yang tidak bisa dijelasakan. Well, apapun itu saya hanya bisa mengikuti alurnya. Terus berproses dalam kehidupan, memaafkan, dan menerima dengan lapang dada, kita baru menyadari ada hikmah ditiap tahapannya. Every cloud has a silver lining, mungkin itu idiom yang cocok menggambarkan keadaan saat ini. saya yakin setelah semua ini, ada hikmah yang manis yang menanti.


P.S. toh, jodoh ga lari kemana





Salam

Adello


Share This Article:

CONVERSATION

0 komentar :

Posting Komentar

About Me

featured Slider

Navigation Menu

Follow Us

Instagram

Flickr Images

Subscribe and Follow